Powered By Blogger

Minggu, 27 Januari 2013

BIOSECURITY PADA AYAM PETELUR.

Pengendalian atau pencegahan penyakit adalah suatu tindakan untuk melindungi individu terhadap serangan penyakit atau menurunkan keganasannya. Pengendalian atau pencegahan penyakit pada pemeliharaan ayam pembibit petelur sangat penting sehingga dapat mengatasi atau mencegah terjadinya penularan penyakit ataupun timbulnya penyakit. Pemeliharaan kesehatan unggas merupakan bagian integral dari usaha peningkatan produksi ternak. Produktivitas dan reproduktivitas ternak hanya dapat dicapai secara optimal apabila ternak dalam keadaan sehat. Oleh sebab itu pemeliharaan kesehatan ternak merupakan salah satu syarat tercapainya target produksi yang optimal. Program pencegahan penyakit yang dilakukan di Dony Farm antara lain melakukan biosekuriti yang ketat, sanitasi dan vaksinasi
Biosekuriti
Program biosecurity yaitu upaya untuk menjadikan suatu kawasan Peternakan terbebas dari bibit penyakit (mikroorganisme pathogen) dari reservoir atau vektor pembawanya.
Pintu gerbang suatu peternakan adalah tempat pertama bagi orang yang mau masuk ke areal atau komplek peternakan dan merupakan titik awal keberhasilan suatu peternakan terbebas dari wabah atau serangan penyakit.  mengkondisikan setiap orang maupun kendaraan tidak sembarangan keluar masuk Farm, dan pintu selalu dijaga ketat oleh petugas. Pada breeding farm dan hatchery selalu dalam keadaan terkunci. Tidak setiap kendaraan atau orang bisa masuk ke kawasan farm demi terlaksananya program pencegahan penyakit. Sebelum masuk ke area breeding farm (di depan pos keamanan), setiap kendaraan dan pengunjung/staf/karyawan harus melewati area penyemprotan dengan desinfektan. Sebelum masuk ke area hatchery, setiap karyawan/staf/pengunjung diwajibkan mengganti pakaian dan disemprot dengan desinfektan. Desinfektan yang digunakan adalah BKC atau long life dengan dosis ringan yaitu 1cc/liter air. Tujuan penggunaan desinfektan ini adalah untuk membunuh mikroorganisme patogen yang mungkin terbawa oleh kendaraan, karyawan/staf/pengunjung.
Biosekuriti yang dilakukan  meliputi penyemprotan kendaraan, karyawan/staf/pengunjung dengan desinfektan long life dengan dosis 1 cc/liter air di depan pos jaga keamanan. Berikutnya dilakukan penyemprotan terhadap karyawan/staf/pengunjung yang akan masuk ke area perkantoran yaitu di sebelah kantor feed mill dengan desifektan long life dengan dosis 1cc/liter air. Kemudian, sebelum masuk ke area kandang yaitu di sebelah kantor departemen produksi, setiap karyawan/staf/pengunjung disarankan untuk mengganti pakaian rumah dengan pakaian kerja/pakaian yang bersih sebelum disemprot lagi dengan desinfektan long life dengan dosis 1cc/liter air. Selain aitu, di sebagian kandang disediakan untuk mencelup kaki (dipping foot) dan tangan (dipping hand) sebelum masuk ke dalam kandang dan menangani ternak. Desinfektan yang digunakan untuk mencelup kaki dan tangan adalah long life dengan dosis 1cc/liter air. Biosekuriti yang sama dilakukan juga .
 

a).Sanitasi Kandang dan Sekitarnya
Sanitasi adalah program di suatu kawasan Peternakan yang bertujuan untuk menjaga terjadinya perpindahan bibit penyakit menular sehingga ternak yang dipelihara terbebas dari infeksi bibit penyakit serta selalu dalam kondisi sehat. Program sanitasi yang dilakukan di breeding farm dan hatchery dengan melakukan penyemprotan kandang 1 kali dalam sehari, menggunakan larutan desinfektan TH-4 atau BIODES dosis yaitu 5cc untuk 1 liter air. Frekuensi dari penyemprotan ini ditingkatkan jika ada kemungkinan terjangkit penyakit. Penyemprotan yang kedua dilakukan di lingkungan sekitar kandang yaitu satu kali dalam satu minggu menggunakan desinfektan jenis long live atau BKC dengan dosis 1cc/liter air. Penyemprotan seperti ini dilakukan secara rutin kecuali saat tertentu, misalnya dilakukan vaksinasi.
Selain penyemprotan dengan menggunakan larutan desinfektan, juga dilakukan proses karantina ayam yang sudah terindikasi terserang penyakit, atau memusnahkannya. Lalu lalang dan perpindahan karyawan atau peralatan kandang dibatasi, binatang liar beserta sarangnya yang memungkinkan berpindah sebagai vector dari mikroorganisme penyebab penyakit dibasmi dengan racun tikus.
Hal lain yang dilakukan adalah menghindari pemeliharaan ayam dengan umur yang beragam dalam satu flok, menjaga kebersihan kandang, peralatan dan daerah sekitarnya, menjaga litter dalam kandang agar tetap kering, menjaga ventilasi dan aliran udara dalam kandang agar selalu dalam keadaan baik.


b).Sanitasi pada Hatchery
Program sanitasi yang dilakukan pada hatchery adalah membersihkan kendaraan dan peralatan yang dipakai pada saat membawa telur tetas dengan desinfektan agar dalam kondisi bebas dari organisme patogen pembawa penyakit. Desinfektan yang digunakan adalah jenis TH-4 atau BIODES dengan dosis 1cc/liter air. Telur tetas setelah terkumpul, sebelum dibawa ke hatchery terlebih dahulu difumigasi dengan menggunakan formalin 40% sebanyak 240 cc dengan 96 g forcen/PK untuk 8 m3 ruangan. Hal ini dimaksudkan agar telur yang baru diperoleh dari kandang bebas penyakit atau bakteri sebelum masuk ruang penyimpanan telur (cooling room).
Setelah kegiatan full chick, semua peralatan dan bagian ruangan disemprot dengan air bertekanan tinggi. Setelah itu dilakukan desinfeksi ruangan hatchery menggunakan desinfektan long live dengan dosis 5cc/liter air. Hal ini bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen yang ada di lingkungan dan sekitar bagian ruangan hatchery.


c).Penanganan Ayam Mati
Penanganan ayam mati dan kotoran ayam penting artinya dalam usaha pengendalian kesehatan ayam. Apabila pengguanannya sudah benar maka dampaknya bagi kesehatan ayam yang dipelihara akan terlihat jelas begitu pula sebaliknya, apabila salah dalam penanganannya akan sangat membahayakan kesehatan ternak. Ayam mati merupakan salah satu sumber penyakit dan pencemaran lingkungan.
Pada breeding farm Hatchery  dilakukan penanganan sebagai berikut, mengumpulkan ayam-ayam mati dari setiap kandang, melakukan usaha pembakaran ayam mati yang disebabkan penyakit berbahaya atau terinfeksi, melakukan penguburan ayam-ayam mati ke dalam lubang khusus yang disediakan atau bila perlu dilakukan pencelupan dengan desinfektan.


d).Program Vaksinasi
Program pengendalian kesehatan ayam selanjutnya adalah program vaksinasi. Program ini adalah program yang paling sering digunakan dalam mencegah timbulnya penyakit di suatu kawasan peternakan. Program vaksinasi dalam suatu peternakan tidak selalu bersifat statis tapi dinamis. Artinya, tidak baku antara satu perternakan dengan peternakan lainnya, tidak hanya jenis vaksin yang digunakan tetapi program vaksinasinya pun beragam. Biasanya program vaksinasi ini disesuaikan dengan kasus penyakit yang pernah terjadi. Menurut (Wiharto. 1986), bahwa vaksinasi merupakan salah satu diantara berbagai cara yang efektif untuk melindungi individu terhadap serangan berbagai macam jenis penyakit tertentu.
Pencegahan penyakit melalui program vaksinasi pada Dony Farm diaplikasikan dengan sangat ketat. Jenis vaksin yang digunakan terdiri dari vaksin live dan vaksin kill yang diperoleh dari Intervet, Medion dan yang lainnya sebagai produsen dan SHS, Vaksindo sebagai suplemennya. Pemberian Vaksin ini berfungsi untuk mendapatkan kekebalan untuk jangka waktu tertentu. Kegiatan revaksinasi oleh Dony Farm dilakukan satu sampai dua minggu sebelum kekebalan yang ditimbulkan oleh vaksin di dalam tubuh sampai batas minimum. Hal ini dimaksudkan agar anti bodi selalu ada dalam tubuh ayam.
Dalam melakukan vaksinasi ada beberapa faktor yang dicatat yaitu tanggal pelaksanaan vaksinasi, nama perusahaan dan nomer seri vaksin untuk mengontrol hasil vaksinasi dan administrasi serta memudahkan komplain jika ada masalah dengan vaksin. Nama vaksinator juga dicatat untuk menelusuri bila terjadi kegagalan dalam vaksinasi. Faktor lain yang dilakukan adalah menghindari vaktor yang bisa mematikan vaksin, seperti sinar matahari langsung, panas seperti yang ditimbulkan dari deterjen, bara rokok, desinfektan dan pencampuran vaksin yang tidak benar. Selain itu, vaksinasi dilakukan sesuai dengan prosedur dan penyimpanan vaksin sesuai dengan rekomendasi produsen.
Dalam prosedur vaksinasi yang diperhatikan diantaranya memberikan vitamin dan anti stres pada ayam sebelum dan sesudah dilaksanakannya vaksinasi/ tergantung dari kondisi ayam. Setelah selesai vaksinasi, bekas vaksin dimusnahkan dan peralatan yang digunakan selama vaksinasi segera dibersihkan dan direbus.


e).Menghindari Stres
Stres adalah kondisi tubuh yang mengalami gangguan hormonal secara temporer. Adanya stres pada ayam dapat mempermudah kemungkinan terkena penyakit menular. Akibat-akibat yang timbul bila stres diantaranya dehidrasi sebagai akibat pembakaran dalam tubuh yang meningkat, menyebabkan air serta garam mineral (elektrolit) tubuh banyak terbuang. Hal tersebut menyebabkan nafsu makan berkurang, sehingga asimilasi vitamin terganggu, pertumbuhan terganggu dan badan menjadi lemah sehingga mudah terserang penyakit. (Sudaryani dan Santosa, 2003)
Untuk mencegah terjadinya stres, kegiatan-kegiatan adalah selalu memberikan vitamin dan elektrolit jika terjadi suatu hal yang membuat ayam stres, misalnya sebelum dan sesudah vaksinasi, operator kandang diberi pengarahan dan selalu diingatkan untuk tidak melakukan perlakuan kasar selama pemeliharaan. Selain itu, kandang dijaga supaya selalu dalam keadaan tenang dan menghindari suara gaduh yang dapat menimbulkan stres pada ayam. Demikian juga lingkungan di sekitar kandang diusahakan tetap stabil, seperti perubahan temperatur dengan cara membuka dan menutup tirai sesuai kondisi dalam kandang. Hal lain yang dilakukan adalah menempatkan peralatan kandang dengan tepat dan jumlahnya memadai, aktivitas sehari-hari dan petugas tidak berubah secara mendadak dan menghindari akumulasi tingginya gas amoniak dengan menggunakan kipas.


f).Program Pengobatan
Program pengobatan dilakukan pada saat keadaan ayam sudah terditeksi secara dini terkena suatu penyakit. Hal ini dilakukan untuk mencegah sulitnya program pengobatan karena pengobatan membutuhkan waktu lama dan memakan biaya yang mahal.
Untuk menentukan jenis obat yang akan diberikan, terlebih dahulu harus diketahui jenis penyakit yang menyerang. Untuk itu dilakukan diagnosa penyakit dengan langkah-langkah sebagai berikut: menentukan bahwa suatu peternakan ada kasus, mendapatkan keterangan peternak tentang sejarah kelompok ayam dan peternakan, pemeriksaan di peternakan termasuk post mortem, pengambilan dan pengiriman material untuk pemeriksaan laboratorium.


g).Tata Laksana Pemeliharaan
Faktor manajeman pemeliharaan yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap keseharan ayam tersebut diantaranya adalah kualitas bibit, sistem pemeliharaan, kandang dan peralatan. .
Kualitas bibit yang baik akan menentukan keberhasilan suatu usaha peternakan. Bibit ayam dipilih dari sumber yang diyakini bebas dari berbagai penyakit dan kualitas bibitnya baik sesuai dengan standar setiap strain.
Sistem pemeliharaan dilakukan sesuai dengan rekomendasi penghasil bibit, seperti memelihara ayam satu umur dalam satu flok. Ayam dipelihara dari umur satu hari sampai diafkir berada dalam satu kandang (all in all out). Kandang dan peralatan selalu bersih. Kandang dan peralatan yang kotor dapat bertindak sebagai media yang baik bagi mikroorganisme patogen untuk berkembang biak dan akan bertindak sebagai media dalam penularan penyakit.


Tes Darah
Tes darah merupakan salah satu program penunjang untuk mengontrol jenis penyakit di kawasan usaha peternakan ayam. Program ini dijalankan secara teratur dan terjadwal. Penyakit yang bisa dideteksi tes darah adalah penyakit yang disebabkan oleh pullorum, thypoid, mycoplasma. Tes darah juga bisa untuk mengetahui tingkat titer anti bodi ayam yang berhubungan erat dengan program vaksinasi yang sedang dijalankan.
Evaluasi Keberhasilan Program Pencegahan Penyakit
Selalu melakukan evaluasi dan penilaian terhadap keberhasilan pemeliharaan ayam komersial dan ayam parent stock. Evaluasi ini didasarkan pada perhitungn tingkat kematian (mortalitas), efisiensi pakan dan produksi telur.
Tingkat keberhasilan program pencegahan penyakit dan sanitasi juga dievaluasi melalui produksi telur yang dikeluarkan perusahaan pembibit ayam tersebut. Langkah yang dilakukan ini sesuai yang diungkapkan Wiharto (1986), bahwa produksi telur dilakukan untuk membandingkan tingkat produksi telur ayam secara kasar dengan tingkat dasar (standar) ayam tersebut, yang dikeluarkan oleh pihak peruhsahaan pembibit sebagai evaluasi dalam pelaksanaan program pencegahan penyakit ayam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar